Judul Video : [PART 2] – KELILING DUNIA UDAH, SEKARANG KEVIN MAIN SAHAM?
Channel : Podcast Ruang Sandi
Pembawa Acara : Sandiaga Uno
Narasumber : Kevin Hendrawan
Sebelum memiliki kepopuleran seperti sekarang ini, Kevin yg dulu menjalani kuliahnya di Jurusan Perhotelan di Bali ini sempat mengalami masa sulit terlebih dahulu. Bayangkan saja, Ia & keluarganya pindah dari Purwokerto menuju Bali, kemudian tinggal di sebuah kos-kosan sederhana & tidur dlm 1 kasur yg sama berjumlah 5 anggota keluarga. Tidak hanya itu, utk membantu orangtuanya secara finansial, Ia mencoba untuk bernegosiasi dengan pemilik bangunan kosong di seberang kampusnya utk Ia bangun sebuah usaha laundry kecil-kecilan. Di belakang bangunan tersebut itulah, kos-kosan keluarga Kevin tinggal.
Hal ini Ia lakukan karena, sebenarnya Ia ingin kuliah di Jurusan Robotik di luar negeri, tepatnya di Eropa, di negara yg beribukota di Berlin, yaitu Jerman. Sekali lagi, karena kondisi finansial orangtuanya yg tidak mendukung inilah Ia mesti memutar otaknya. Maka dari itu, alasan mengapa Ia mengambil jurusan perhotelan, agar setelah lulus, Ia bisa keluar negeri. Setelah berhasil berunding dengan pemilik bangunan tersebut, Ia akhirnya dibantu oleh 2 karyawannya membuka usaha laundry yg Ia buka pada pagi hari sebelum Ia berangkat kuliah. Merasa belum cukup utk menambah penghasilan, sepulang dari kuliah Ia berjualan martabak di depan Alfamart di daerah yg tidak jauh dari tempat laundrynya. Hal ini terus menerus Ia jalani di setiap harinya sampai Ia lulus kuliah. Hal ini juga Ia tetap sambi dengan menjadi tour guide yg komisinya bisa dibilang lumayan. Tahap demi tahap yg tentunya tidak mudah asal dijalani dengan tekun, Kevin menjadi Kevin yg sekarang.
Setelah dibahas di pembahasan video interview Kevin dengan Pak Sandi sebelumnya, kali ini Pak Sandi bertanya mengapa kebanyakan video di konten seorang traveller itu bisa dibilang termasuk konten sosial. Menanggapi pertanyaan tersebut, sebuah Algoritma Youtube yg sudah berubah inilah yg menjadi jawaban dari Kevin. Di zaman sekarang, algoritma yg dibuat oleh Youtube ini bergerak sesuai minat masyarakat yg seakan-akan menawarkan apa yg mesti kita tonton sebagai konsumen media sosial, tanpa menawarkan sebuah informasi secara umum. ” Algoritma ini ibarat kita masuk ke sebuah toko & sudah ditawarkan, ‘kamu mau beli popok kan?’ ‘kamu mau beli air putih kan?’ sehingga kita tidak diberikan opsi untuk melihat etalasenya ada apa aja sebetulnya “ , ucap Kevin.
Pengalaman membawakan konten sosial oleh Kevin ini, Ia ungkapkan penontonnya mengalami penurunan drastis. Jumlah viewersnya bisa dibilang cukup sedikit di angka belasan ribu saja, tidak sebanding dengan subscriber channelnya yg berjumlah mendekati 2 juta orang. Akan tetapi, Kevin tidak mempermasalahkan hal tersebut. Karena, menurut dirinya, bisa saja belasan orang ini termasuk orang-orang yg mencari & membutuhkan sekali konten sosial yg Ia buat. Selain itu, pasti banyak sekali orang diluar sana dengan pengalaman ekstrim & uniknya yg mesti menjadi pelajaran bagi orang lain. Yang dimana, narasumber-narasumber dlm konten sosial Kevin ini hanyalah orang biasa yg belum tentu cerita/omongannya bisa didengar banyak orang. Tentu saja, beberapa dari narasumbernya itu meminta Kevin, entah itu untuk menyamarkan suaranya atau mensensor penampilannya. Maka dari itulah, Kevin menghadirkan mereka dlm konten-konten sosial yg Ia buat dlm Channel Youtubenya.