Judul Video: Why Pedri might not ever win the Ballon d’Or
Channel: Tifo Football
Selain menjadi pemain inti dari Barcelona, gelandang kelahiran 25 November 2022 ini juga menjadi langganan timnas Spanyol sejak Juli 2021 yang lalu saat mengikuti Olimpiade di Jepang. Pria bernama lengkap Pedro González López ini mencetak gol pertamanya bersama Barcelona saat menjadi pemain pengganti di menit ke 63′ menggantikan sesama wonderkid lainnya, Ansu Fati saat berlaga di Liga Champion melawan klub asal Hungaria, Ferencváros. Saat itu, Ia masih berumur 17 tahun. Sebuah pencapaian yang sangat menakjubkan, bukan? Padahal di musim sebelumnya, Ia masih melabeli status sebagai pemain sesama klub asal Spanyol, UD Las Palmas.
Seiring berjalannya waktu, bukan berarti hanya Pedri saja yang sudah bermain secara gemilang di usianya yang masih muda. Masih ada nama-nama seperti Kylian Mbappe dan Erling Haaland, yang digadang-gadang akan menjadi penerus persaingan sebelumnya yaitu, Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi. Terlebih lagi Mbappe dan Haaland sama-sama berposisi sebagai striker utama di klub mereka masing-masing. Disinilah persaingan akan menjadi semakin ketat apabila kita berbicara mengenai penghargaan Ballon d’Or. Karena seperti yang diketahui semua penggemar sepakbola di seluruh dunia, penghargaan Ballon d’Or itu tidak cukup untuk prestasi individu semata saja, melainkan prestasi di kompetisi besar bersama klub maupun tingkat internasional bersama tim nasional.
Seorang jurnalis dan penulis sepakbola asal Inggris yang bekerja untuk The Athletic yaitu, Michael Cox pernah menulis dalam artikel ESPN di tahun 2014 bahwasannya;
“Penyerang adalah pemain yang benar-benar membuat perbedaan, memberikan momen paling menentukan dan bagian paling menarik dari penemuan, tipu daya, dan keterampilan.”
Pernyataan tersebut didukung fakta yang dimana sejak tahun 2008 yang lalu, pemenang dari Ballon d’Or hanya sekedar berpindah-pindah tangan antara Cristiano Ronaldo dengan Lionel Messi saja. Dengan rincian, Ronaldo memenangkan penghargaan tersebut sebanyak 5x, Messi sebanyak 7x, sedangkan di tahun 2020 penghargaan tahunan ini sempat ditiadakan karena adanya pandemi Covid-19 yang terjadi secara serentak di seluruh dunia.
Padahal sebelum tahun 2008, nama-nama seperti Matthias Sammer, Zinedine Zidane, Pavel Nedved, dan Fabio Cannavaro sebagai generasi pemain pesepakbola yang lebih senior sempat mendapat penghargaan Ballon d’Or ini. Mulai dari Sammer yang mendapatkan penghargaan tersebut di tahun 1996. Ia adalah salah satu personil penting timnas Jerman pada saat itu dengan menyabet gelar pemain terbaik pada turnamen Euro 1996 di Inggris. Pada musim itu juga, Sammer yang menjabat sebagai kapten berhasil mengantarkan Borussia Dortmund meraih gelar Bundesliga Jerman.
Kemudian, Zinedine Zidane yang mendapatkan gelar Ballon d’Ornya 2 tahun berselang setelah Matthias Sammer. Pada saat itu, Zidane bersama tim nasional Prancis memenangkan Piala Dunia setelah mengalahkan juara bertahan, Brazil dengan skor telak 3-0. Pria yang kini berusia 49 tahun tersebut mencetak 2 gol pada laga yang berlangsung di negaranya sendiri yaitu, Prancis. Di tahun tersebut, tidak hanya berprestasi sebagai juara World Cup bersama Prancis, pria yang sempat ‘menukangi’ Real Madrid itu meraih gelar jawara Serie A Italia bersama Juventus.
Lanjut ke nama Pavel Nedved, yang meraih gelar Ballon d’Or nya 19 tahun yang lalu lebih tepatnya pada tahun 2003 saat Ia berseragam Juventus. Walau kalah adu penalty di final Liga Champion saat melawan AC Milan, Nedved yang saat itu berusia 30 tahun berhasil menjuarai Serie A Italia bersama klub yang berdomisili di Turin tersebut. Terakhir di tahun 2006, sosok dengan nama Fabio Cannavaro selaku kapten tim nasional Italia memenangkan Piala Dunia setelah mengalahkan Prancis melalui adu penalti, setelah bermain seri 1-1. Dengan menerapkan permainan bertahan yang cukup solid, Cannavaro dinobatkan sebagai bek terbaik di dunia pada saat itu, ditambah penghargaan Ballon d’Or yang diraihnya di tahun yang sama.
Akan tetapi, sempat terdapat nama 1 orang gelandang walau hanya terjadi di tahun 2018. Nama gelandang tersebut adalah Luka Modric, pemain tim nasional Kroasia yang berseragam Real Madrid sejak tahun 2012 hingga sekarang. Padahal di tahun pertamanya bersama Los Blancos, Modric sempat dinobatkan oleh surat kabar Spanyol, Marca sebagai pembelian gagal yang dilakukan Real Madrid.
Tentu penghargaan yang diperoleh pria yang kini berusia 36 tahun tersebut bukanlah tanpa sebab. Di tahun 2018 saat itu, prestasi Modric juga sangatlah menonjol. Mulai dari juara Liga Champion bersama Real Madrid, Ia berhasil membawa negaranya yaitu Kroasia menjadi finalis Piala Dunia di Russia walau tumbang di tangan Prancis di final. Tidak hanya itu saja, peran pria dengan tinggi 172 cm tersebut sangatlah signifikan untuk Real Madrid dalam memenangi Liga Champion 3 tahun berturut-turut, yaitu di tahun 2016,2017, dan 2018. Prestasi itulah yang sempat mematahkan dominasi Ronaldo–Messi dalam memperoleh penghargaan tahunan Ballon d’Or.
Terakhir, apabila kita kaitkan dengan topik utama kita di judul yaitu, nama seorang Pedri tidak cukup hanya bermain bagus di setiap pertandingannya baik bersama Barcelona maupun tim nasional Spanyol. Ia juga harus mampu membawa klub & negaranya bersaing hingga menjuarai suatu kompetisi bergengsi untuk mematahkan dominasi pemain penyerang yang meraih penghargaan Ballon d’Or.