Jeda Nulis | Menjadi Muslim Minimalis
Judul Video : Menjadi Muslim Minimalis
Channel : Jeda Nulis
Pembawa Acara : Habib Jafar
Tentu sudah menjadi sebuah kata yg umum, apabila kalian mendengar sebuah kata ‘ sederhana ‘. Biasanya, kata-kata ini muncul di tengah kalimat dalam memiliki sebuah gaya hidup. Yaitu, gaya hidup sederhana. Sikap sederhana / minimalis inilah yg menjadi penekanan di topik pembicaraan yg dibawakan oleh Habib Jafar dalam video nya kali ini. Seperti yg dapat kita saksikan di awal video diatas, Habib Jafar juga sambil membaca sebuah buku yg berjudul ‘ hidup minimalis ala orang jepang ‘ karya Fumio Sasaki.
Di dalam pembuka dari buku yg dibaca oleh Habib tersebut, sang penulis ikut menyertakan 2 foto kamar apartemennya. Foto pertama menunjukkan suasana maksimalis, dimana kamarnya yg penuh sesak karena terlalu banyak akan kehadiran buku-buku & barang-barang lainnya. Sedangkan, di foto kedua kamarnya bersuasana minimalis, sehingga jadi terlihat lebih enak dipandang karena sudah dibereskan dari barang-barang yg membuat penuh sesak sebelumnya. Dalam 2 foto tersebut, sang penulis juga menjelaskan bahwa dirinya sempat menjalani kehidupan yg maksimalis, kurang lebih selama 10 tahun lamanya.
Selama di 10 tahun itulah, tidak hanya kamarnya yg sesak, akan tetapi hidupnya juga terasa mandek. Setelah Ia beralih untuk menjalani hidup yg minimalis, kini hidupnya ikut teratur, lega & tidak mandek lagi. ” Memiliki barang dalam jumlah sedikit mengandung suka cita tersendiri itulah mengapa sudah saatnya kita berpisah dengan banyak barang yg kita punyai. “ Pernyataan itulah, yg diungkapkan oleh sang penulis di bukunya yg laris manis oleh pembeli itu.
Pola hidup minimalis itu sendiri merupakan sebuah pola hidup, dimana hanya membeli/membeli suatu barang yg benar-benar diperlukan. Seakan belajar dari kehidupan orang Jepang, Habib Jafar yg merupakan seorang muslim juga sedang belajar untuk menjalani hidup yg minimalis. Seperti yg sedang kita alami sekarang ini, sebuah fenomena dimana kebanyakan orang zaman sekarang yg beranggapan bahwa, untuk memiliki hidup yg bahagia mesti memiliki banyak barang pula. Padahal, yg terjadi di kenyataan malah berbeda. Orang-orang memiliki 1 jenis barang, dalam jumlah yg begitu banyak. Seperti, beberapa pasang sepatu, beberapa topi, beberapa jam, beberapa kendaraan, bahkan jumlah rumah pun juga lebih dari yg dibutuhkan.
Tanpa kita sadari, apabila kita masih memiliki pola hidup maksimalis seperti pernyataan diatas, tumpukan barang-barang yg berlebihan itulah akan menjadi tumpukan sampah di rumah kita sendiri di kemudian hari. Karena, memang tidak semua barang yg kita miliki itu kita pakai di waktu yg sama bukan? Hal ini pula yg nantinya akan berdampak juga ke mental & bagaimana cara kita menjalani hidup. Padahal, sebagai seorang muslim kita sudah diajarkan untuk menggunakan/mengkonsumsi sesuatu atas dasar jangan berlebihan & secukupnya saja. Seperti, ‘ makanlah selagi lapar & berhentilah sebelum kenyang ‘ .
Dalam ajaran tersebut, bertujuan agar kita hanya mengambil apa yg memang seharusnya kita miliki secara tidak berlebihan, agar orang lain juga mendapatkan apa yg menjadi jatah dari mereka. Dengan menjalani prinsip hidup seperti ini, bukan tidak mungkin nantinya semua umat manusia tidak ada lagi yg namanya kemiskinan, karena semua memiliki jatah yg sama. Akan tetapi, yg terjadi di zaman sekarang tentu bisa dibilang bertolak belakang dengan angan-angan.
Perilaku-perilaku berlebihan, itu biasa kita kenal dengan mubazir. Setan tentu saja sangat akrab dengan perilaku seperti ini. Orang-orang yg berperilaku seperti setan ini tentu saja sudah jauh dari ajaran Agama Islam, dan semoga bukan kita yg menjadi salah satu pengikut setan tersebut. Di satu sisi, janganlah membuang barang-barang berlebihan tersebut. Ada baiknya apabila kita memang masih menyimpan kelebihan barang , kita memberinya kepada yg membutuhkan atau biasa disebut dengan bersedekah. Karena, itulah yg diajarkan oleh Islam.