Jeda Nulis | Filsafat Haram?
Judul Video : Filsafat Haram?
Channel : Jeda Nulis
Pembawa Acara : Habib Jafar
Semakin berkembangnya zaman yg sekarang sudah modern ini, tidak banyak pula yg suka berpendapat dengan membawa2 kata ‘haram’ utk suatu kegiatan tertentu. Musik haram? Menggambar haram? Nonton bioskop haram? Sampai-sampai suatu metode pembelajaran seperti, Filsafat ada juga yg berpendapat itu haram. Memangnya ada apa dengan hal tersebut? Memangnya orang tersebut itu siapa, bisa seenaknya menentukan halal/haram nya suatu hal? Allah SWT saja dalam firmannya yg tercantum dlm Surat An-Nahl ayat 116 bahwa, ” Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta “ini halal dan ini haram”, untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung. “
Maka dari hal itu, jangan sembarangan mengatasnamakan Allah SWT dlm mengambil keputusan terhadap suatu hal yg halal/haram, tanpa dalil yg jelas. Disebutkan juga dalam Surat Al Baqarah ayat 216 bahwa, ” Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. “ Apabila berbicara tentang Ilmu Filsafat, seperti yg sudah ada di judul yg tertera, Ilmu Filsafat itu sendiri sudah ada sejak abad ke-5 sebelum masehi, bahkan sebelum Agama Islam diturunkan. Filsafat itu sendiri berasal dari sebuah kata Yunani berbunyi, ‘philo’ & ‘sophia’ yg memiliki arti cinta & kebijaksanaan. Nah, saat Islam sudah mulai diturunkan, Filsafat ini dinilai selaras dengan kata ‘hikmah’ dlm Al Qur’an yg sama-sama memiliki arti kebijaksanaan.
Maka, Filsafat berupaya menggunakan anugrah kebaikan yg sangat besar itu dlm melanjutkan misi kenabian utk menyebarkan Islam, mencapai hikmah, kebijaksanaan. Filsafat itu sendiri menggunakan akal utk mencapai suatu kebijaksanaan. Berbeda dengan tasawuf (yg menggunakan hati) & fiqih (yg menggunakan wahyu dari Allah SWT disertai sabda Nabi). Walau, di satu sisi, ketiga hal tersebut adalah hal yg berorientasi hikmah. Akan tetapi, banyak pendapat yg menyatakan Imam Syafi’i itu membenci Filsafat sehingga menyebabkan ilmu tersebut tergolong haram. Menanggapi hal ini, Habib Jafar menegaskan jika kita membaca & mengkaji ulang pernyataan aslinya dalam karya yg berjudul Tarikh al-Islam, Imam Syafi’i itu membenci Ilmu Kalam / Teologi, bukan Ilmu Filsafat.
” Tidak ada yg lebih aku benci, dibanding kalam / ahli kalam. ” , kurang lebih itu yg dimaksud dari Imam Syafi’i itu sendiri. Itupun, bukan bermaksud & bertujuan utk membenci Ilmu Kalam. Lebih tepatnya, ditujukan kepada Ilmu Kalam milik Hafs Al-Farad, secara umum dianggap menodai kesempurnaan Allah karena menganggap Al Qur’an itu sebuah makhluk. Sedangkan, seorang Imam Syafi’i sudah terlebih dahulu mempelajari hingga tuntas Ilmu Kalam sebelum Ia menuntaskan Ilmu utamanya yaitu, Ilmu Fiqih. Toh, Imam Syafi’i juga menggunakan Ilmu Kalam untuk melakukan perdebatan. Karena, Ilmu Kalam itu sendiri merupakan Ilmu Ketuhanan. Tanpa Ilmu Kalam itu sendiri, bagaimana kita meyakini tuhan itu ada & sempurna dengan baik, apabila hanya berdasarkan modal ‘yakin’ & ‘katanya’.
Dan juga, Filsafat itu sendiri mengajarkan kita berpikir secara mendalam, komprehensif, cermat ttg suatu hal yg mungkin tidak merasa perlu utk dipikirkan kembali oleh banyak orang. Tidak hanya dalam Ilmu Filsafat, ada banyak orang yg mempelajari sains tapi berujung Atheis. Ada yg mempelajari tasawuf tapi berujung beranggapan tidak perlu syariat. Dari sini kita belajar, apabila kita mempelajari sesuatu, tentu ambil hal baik / positifnya & juga tidak lupa membuang hal buruk / negatifnya. Padahal, Filsafat merupakan salah satu jurusan di sebuah universitas islam baik yg berada di dalam negeri ataupun di luar negeri. Salah satu Universitas Islam terbesar di dunia, yaitu Universitas Al-Azhar di Mesir juga terdapat jurusan Ilmu Filsafat di dalamnya. Rektor di universitas tersebut merupakan alumni jurusan Ilmu Filsafat, dari Ia mendapatkan gelar sarjana hingga gelar doktor.
Selain seorang Rektor, tokoh-tokoh Islam zaman dahulu seperti, Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, Ibnu Khaldun, Rumi dan lain-lain merupakan tokoh Islam yg hampir dikenal oleh seluruh dunia yg juga merupakan filsuf. Kenapa negara-negara barat jadi yg lebih menghargai tokoh dari agama kita? Kita sendiri malah mempertanyakan & memperdebatkan halal/haram nya ilmu tersebut. Jangankan dari tokoh islam, Sigmund Freud (Bapak Psikoanalisis), Adam Smith (Bapak Ekonomi), Karl Marx (Pelopor Marxisme). Itu membuktikan, memang Filsafat merupakan sebuah ilmu yg penting, ilmu yg menjadi induk dari semua ilmu yg ada. Karena, mempertanyakan lebih dalam sebuah kepastian yg sudah terbukti di kalangan banyak orang.