Asumsi | Kerah Biru: Kisah Supir Ambulans Mengantar Jenazah TKI
Judul Video : Kerah Biru: Kisah Supir Ambulans Mengantar Jenazah TKI
Channel : Asumsi
Narasumber : Suparno
Pada awal bulan Juni yg lalu, Asumsi melalui channel Youtubenya, mengupload video dokumentasi yg menceritakan kisah supir Ambulans yg mengantar Jenazah TKI, lebih khususnya Asumsi menjadikan seorang supirnya langsung yaitu, Pak Suparno selaku supir Ambulans Swasta sebagai narasumber dalam video kali ini. Mulai dari tempat keberangkatannya di daerah Banten, menuju Bandara utk mengambil jenazah sampai ke rumah duka yg terletak di Lampung. Untuk mengetahui lebih lengkapnya, silahkan baca lebih lanjut pembahasan kami di bawah ini.
Pertama-tama, Pak Suparno berangkat dari sebuah markas terkhusus untuk supir Ambulans yg terletak di daerah Tangerang, Banten pada pukul 11:00 WIB. Dari markasnya ini, Ia menuju ke Bandara Soekarno Hatta, lebih tepatnya ke bagian gudang kargo untuk mengambil jenazah almarhum Pak Slamet, berusia 44 tahun dari Malaysia yg meninggal dunia karena penyakit yg diidapnya. Telah dikonfirmasi pula, jenazah Pak Slamet ini bukan jenazah pasien Covid-19. Pada pukul 1 siang, Pak Suparno telah sampai di gudang kargo kemudian Ia dibantu oleh pihak Ambulans Bandara untuk memulaikan memindahkan jenazah bapak Slamet serta barang-barang peninggalannya ke mobil Ambulans Swasta milik Pak Suparno.
Setelah 2 jam perjalanan dari Bandara, kini Pak Suparno sudah tiba di Pelabuhan Merak, Banten untuk menuju Pelabuhan Bakauheni yg terletak di Lampung. Setibanya di kapal, Pak Suparno menghubungi pihak keluarga utk memberi kabar bahwa dirinya sudah menuju Pelabuhan Bakauheni utk mengantarkan jenazah. Pukul 17.30 saat sudah sampai di Bakauheni, Pak Suparno pun melanjutkan perjalanan menuju rumah duka. Di perjalanan inilah, Ia sempat menceritakan sedikit keluh kesahnya selama pengalamannya menjadi supir Ambulans Swasta. Dimana, rasa takut sebenarnya tidak pernah Ia alami, hanya terkadang saat melewati jalanan yg sepi tengah malam, jalan yg tidak teratur, penerangan yg kurang rasanya bisa mengganggu konsentrasi dirinya dlm berkendara. Terlebih lagi, di dalam mobil hanya ada dirinya seorang & ditemani oleh jenazah yg sudah meninggal dunia.
Sesampainya di rumah duka, Pak Slamet dibantu oleh keluarga jenazah kemudian segera menurunkan almarhum Pak Slamet dari Ambulans yg langsung dimakamkan pada malam itu juga, berhubung karena sudah berjam-jam dibawa dari Malaysia harus segera dikebumikan secepatnya. Setelah mengurus beberapa dokumen & juga memulangkan barang-barang peninggalan almarhum ke rumah duka, pukul 11 malam, Pak Suparno melanjutkan perjalanan pulangnya kembali ke Tangerang, Banten. Selain perjalannya ke Lampung, Ia paling jauh pernah sampai ke Padang kalau di Pulau Sumatera. Sedangkan daerah Solo, menjadi destinasi paling jauh di Pulau Jawa bagi dirinya selama menjadi supir Ambulans yg mengantar jenazah.
Di akhir video, Pak Suparno menjelaskan pengalaman buruk juga yg pernah Ia alami. Semisalnya, saat sudah sampai di sebuah perkampungan, semua pintu masuk ditutup karena adanya lockdown yg diterapkan semenjak pandemi Covid-19. Sampai-sampai warga sekitar perkampungan tersebut sempat tidak berani untuk mendekati Ambulans miliknya, karena khawatir jenazah yg diangkut adalah pasien Covid-19. Apabila, berbicara tentang biaya, biasanya tergantung estimasi jarak & tujuan yg sudah dirundingkan & disepakati oleh kedua belah pihak. Ia juga membagikan saran kepada para penonton utk berhati-hati apabila mendapatkan penawaran jasa Ambulans gratis, karena perjalan yg ditempuh tentunya membutuhkan biaya bensin, makan, jasa dan lain-lain.