Asumsi | Kerah Biru : Ibu-Ibu Tangguh di Pengasapan Ikan Terbesar Semarang
Judul Video : Kerah Biru : Ibu-Ibu Tangguh di Pengasapan Ikan Terbesar Semarang
Channel : Asumsi
Narasumber : Nur, Yayuk
Tim Asumsi kali ini mengikuti kegiatan para ibu-ibu yang bekerja di sebuah bangunan khusus di Semarang, yang dimana bangunan tersebut berisi tempat pengasapan Ikan terbesar yang sampai dikenal di Jakarta & internasional sekalipun, menurut salah satu pengakuan seorang ibu yang diwawancarai. Ibu tersebut bernama Ibu Nur. Satu narasumber lainnya selain Ibu Nur adalah, Ibu Yayuk. Mereka berdua sama-sama bekerja sebagai pengasap ikan di Produsen Ikan Asap Bapak Sa’ad.
Di umur mereka yang sudah menginjak 45 tahun keatas, mereka sudah memulai pekerjaannya semenjak kecil. Ibu Yayuk mengakui bahwa, awal mulanya menjadi pengasap ikan itu diberi upah sebesar 25 rupiah saja. Kemudian, upah tersebut Ia gunakan untuk uang jajannya di sekolah. Tidak seperti zaman sekarang, yang belum tentu ada orang yang ingin bekerja sebagi pengasap ikan apabila hanya dibayar misalnya, sebesar 5 ribu rupiah. Akan tetapi, penghasilannya yang sekarang walau tidak menentu bisa dibilang sudah lebih cukup untuk membiayai anak & memberi mereka uang jajan selama sekolah.
Ikan yang ditusuk & diasapi ini terbagi menjadi 3. Ikan tongkol, manyung & lumadang. Selanjutnya, para pekerja di Produsen Ikan Asap Bapak Sa’ad ini terbagi menjadi 2. Yaitu, penusuk ikan & pengasap ikan. Dimulai dari penusuk ikan, mereka bekerja dari pagi hari sampai pukul 5 sore, dengan upah sebesar 50 ribu/harinya. Sedangkan untuk pengasap ikan seperti Ibu Nur & Ibu Yayuk, memulai pekerjaannya dari pagi juga sampai sekelarnya mengasapkan semua ikan & mendapat upah sebesar 70 ribu/harinya. Waktunya pun tidak menentu, terkadang mereka selesai mengasapi ikan di waktu maghrib atau selepas maghrib. Mereka akan mendapatkan upah tambahan, sekitar menjadi 80 ribu/harinya apabila bekerja sampai larut.
Pada awalnya, bangunan mereka ini tidak dilengkapi dengan cerobong, sehingga asap yang ditimbulkan menjadi permasalahan warga sekitar karena, mereka terus menerus bekerja di setiap harinya tanpa ada waktu libur. Bangunan tersebut tidak bisa digusur, karena sudah dilengkapi dengan kehadiran surat-surat layaknya, kelengkapan dalam kendaraan seperti STNK & BKPB. Akhirnya, kini bangunan mereka sudah dilengkapi dengan cerobong & memutuskan untuk libur di Hari Minggu. Agar, jemuran para warga sekitar tidak menjadi bau ikan.
Tentu saja, pekerjaan ini tidaklah mudah seperti yang kita hanya sekedar saksikan dalam video. Dibutuhkan mental & fisik yang tangguh, agar terus menerus tahan dengan bau asap serta tempat yang pengap. ” Kalau enggak menikmati, ya kita mungkin nggak bisa bertahan toh, Mas. Kita kan harus suka. Pekerjaan kalau dipaksa kan enggak enak, Mas. Kalau kita sudah suka, kerjanya jadi ringan. Berat seperti apapun, kalau kita udah suka pekerjaannya, jadi ringan “ , ucap Bu Yayuk di akhir video.