Judul Video : Distrik: Senggol Bacok di Priok
Channel : Asumsi
Pembawa Acara : Dea Anugrah
Narasumber : Doms Dee, Iwan Kaca, Yusron, Abeh Ahyat
Pada awal Januari 2020, Yasonna Laoly selaku Menteri Hukum & HAM di Indonesia pernah memberikan pernyataan yg dimana Tanjung Priok itu merupakan kawasan yg banyak melahirkan tindakan kriminal karena tingkat perekonomian wilayah yg miskin, tidak seperti di kawasan Menteng. Hal ini tentu saja memicu kemarahan warga Tanjung Priok yg di kemudian hari yg mengecam sebuah permintaan maaf dari Pak Yasonna / mereka akan menutup Pelabuhan Tanjung Priok.
Video Dokumentasi dari Channel Asumsi yg sudah di-upload pada 20 Februari awal tahun kemarin ini, menceritakan sebuah kehidupan, menjelaskan latar belakang sebuah stigma & segala macam serba-serbi yg dialami oleh wilayah Jakarta Utara, lebih tepatnya di kawasan Tanjung Priok. Untuk melengkapi wawasan para penonton, Tim Asumsi yg diwakilkan oleh Dea Anugrah sebagai pembawa acara mengikuti kegiatan sekaligus mewawancarai 4 narasumber disana. Mulai dari seorang pembuat lagu, tokoh masyarakat, aktivis & juga budayawan. Seperti yg pernah terdengar di telinga kita, Priok adalah kawasan yg sangatlah keras.
Doms Dee merupakan narasumber pertama yg diwawancarai oleh Dea. Bagi kalian para pembaca yg belum pernah mendengar nama Doms Dee, kalian bisa menonton & mendengarkan karya lagu Doms Dee di Channel Youtubenya dengan klik disini. Walau kini Doms & istrinya tinggal di Bekasi, Ia tidak akan melupakan Priok. Sejauh apapun Ia pergi, Ia akan tetap mengaku sebagai anak priok. Selain orangtuanya yg masih tinggal disana, teman-temannya pun juga masih menyambut kedatangan Doms apabila Ia sekali-kali datang ke Priok. ” Mungkin Gue bisa lepas dari Priok, tapi Priok gak akan bisa lepas dari Gue “ , ungkap pria yg pernah berkolaborasi dengan Young Lex dlm lagu Bekasi Swag ini.
Selanjutnya, Dea Anugrah berbincang dengan Iwan Kaca selaku tokoh masyarakat yg menjaga ketertiban di Tanjung Priok. Bisa dibilang, Iwan inilah yg istilahnya ” megang “ wilayah Tanjung Priok. Karena, sejak umurnya yg masih muda, Iwan menyambung hidupnya sebagai pengawal dengan menjaga gudang, mengawal konvoi Truk angkutan barang dengan upah 250 ribu/mobilnya agar aman dari bajing loncat & preman-preman disana. Seperti yg dijelaskan oleh Iwan, wilayah Priok yg dulu merupakan wilayah yg sangat rawan. Mulai dari penculikan, pemerkosaan & perampokan sudah biasa terjadi. Iwan juga menambahkan ” senakal – nakalnya pasti ada rem lah, kalau dia tau dasar-dasar Agama “.
Seseorang yg berintelektual, yaitu Yusron juga diajak berbincang-bincang oleh Dea. Sewaktu kerusuhan Priok yg terjadi di tahun 1984, Yusron yg pada saat itu berusia 20 tahun pernah dipenjara & juga ditembak 4 kali oleh Polisi. Bukannya tewas, Tuhan masih memberikan kesempatan hidup kepada Yusron. Walau Yusron sempat tindih-tindihan di atas truk dengan banyak mayat. Yusron menjelaskan bahwa, sebenarnya kehidupan di Tanjung Priok itu sangatlah tentram & damai. Akan tetapi, apabila terdapat adanya perasaan yg mengganggu kenyamanan warga disana, mereka akan bereaksi dengan sangat keras. Berbeda dengan narasumber sebelumnya, Yusron ini bekerja untuk Pemerintah Jakarta Utara & memiliki koneksi dengan beberapa organisasi di Jakarta Utara.
Diajak oleh Yusron, Dea mengunjungi sebuah Padepokan Silat Besuk di Cilincing utk bertemu dengan salah satu pengurusnya disana, yaitu Abeh Ahyat. Bagi warga disana, Silat merupakan sebuah indentitas sekaligus penyempurnaan diri. Prinsip dari Abeh Ahyat adalah, mengumpulkan anak-anak disana agar tidak terkena pengaruh dampak negatif yg sudah marak terjadi di zaman modern ini, yaitu tawuran & narkoba. Di setiap malam minggunya, padepokan Abeh Ahyat ini turun ke jalan untuk berpatroli menjaga ketentraman wilayah mereka, yaitu di Jakarta Utara.